بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ
“Islam dibangun diatas lima (landasan); persaksian
tidak ada ilah selain Allah dan sesungguhnya Muhammad utusan Allah, mendirikan
shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa Ramadhan”. (HR. Al-Bukhari no. 7 dan
Muslim no. 19)
Shalat adalah penghubung antara hamba dengan
Rabbnya, karena ketika shalat hamba sedang berdiri di hadapan Allah Azza wa
Jalla guna berdoa kepada-Nya. Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi
Shallallahu’alaihiwasallam beliau bersabda:
قَالَ
اللَّهُ تَعَالَى قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ
وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ: { الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ } قَالَ اللَّهُ تَعَالَى حَمِدَنِي عَبْدِي وَإِذَا قَالَ: {
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ } قَالَ اللَّهُ تَعَالَى أَثْنَى عَلَيَّ عَبْدِي وَإِذَا
قَالَ: { مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ } قَالَ مَجَّدَنِي عَبْدِي وَقَالَ مَرَّةً
فَوَّضَ إِلَيَّ عَبْدِي فَإِذَا قَالَ: { إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ
نَسْتَعِينُ } قَالَ هَذَا بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ
فَإِذَا قَالَ: { اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ
أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ } قَالَ
هَذَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ
“Barangsiapa yang mengerjakan shalat tanpa membaca
Ummul Qur’an di dalamnya, maka shalatnya masih mempunyai hutang, tidak
sempurna” Tiga kali. Ditanyakan kepada Abu Hurairah, ” Kami berada di belakang
imam?” Maka dia menjawab, “Bacalah Ummul Qur’an dalam dirimu, karena aku
mendengar Rasulullah bersabda, ‘Allah berfirman, ‘Aku membagi shalat antara Aku
dengan hambaKu, dan hambaku mendapatkan sesuatu yang dia minta. Apabila seorang
hamba berkata, ‘Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam.’ Maka Allah berkata,
‘HambaKu memujiKu.’ Apabila hamba tersebut mengucapkan, ‘Yang Maha pengasih
lagi Maha Penyayang.’ Allah berkata, ‘HambaKu memujiKu.’ Apabila hamba tersebut
mengucapkan, ‘Pemilik hari kiamat.’ Allah berkata, ‘HambaKu memujiku.’
Selanjutnya Dia berkata, ‘HambaKu menyerahkan urusannya kepadaKu.’ Apabila
hamba tersebut mengucapkan, ‘Hanya kepadaMulah aku menyembah dan hanya
kepadaMulah aku memohon pertolongan.’ Allah berkata, ‘Ini adalah antara Aku
dengan hambaKu. Dan hambaKu mendapatkan sesuatu yang dia minta’. Apabila hamba
tersebut mengucapkan, ‘Berilah kami petunjuk jalan yang lurus, yaitu jalan
orang-orang yang Engkau beri nikmat atas mereka, bukan jalan orang-orang yang
Engkau murkai dan bukan pula orang-orang yang sesat.’ Allah berkata, ‘Ini untuk
hambaKu, dan hambaKu mendapatkan sesuatu yang dia minta.” (HR. Muslim no. 598)
Shalat lima waktu mempunyai beberapa
keistimewaan dibandingkan semua ibadah wajib lainnya, di antaranya:
a. Shalat 5 waktu
merupakan ibadah yang Allah Ta’ala syariatkan kepada Nabi-Nya shallallahu
alaihi wasallam secara langsung tanpa perantara malaikat. Berbeda halnya dengan
kewajiban lainnya yang diwajibkan melalui perantara malaikat.
b. Shalat 5 waktu
diwajibkan di langit sementara kewajiban lainnya diwajibkan di bumi.
Karenanya sangat pantas kalau shalat 5 waktu
dikatakan sebagai ibadah badan yang paling utama.
Selain dari keistimewaan di atas,
shalat 5 waktu secara umum dan beberapa shalat di antaranya secara khusu
mempunyai keutamaan yang lain, di antaranya:
a. Shalat 5 waktu
akan menghapuskan semua dosa dan kesalahan.
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الصَّلَاةُ
الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ مَا لَمْ
تُغْشَ الْكَبَائِرُ
“Shalat lima waktu dan shalat Jum’at ke Jum’at
berikutnya adalah penghapus untuk dosa antara keduanya selama tidak melakukan
dosa besar.” (HR. Muslim no. 342)
Dari Utsman bin Affan radhiallahu anhu dia
berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَا
مِنْ امْرِئٍ مُسْلِمٍ تَحْضُرُهُ صَلَاةٌ مَكْتُوبَةٌ فَيُحْسِنُ وُضُوءَهَا
وَخُشُوعَهَا وَرُكُوعَهَا إِلَّا كَانَتْ كَفَّارَةً لِمَا قَبْلَهَا مِنْ
الذُّنُوبِ مَا لَمْ يُؤْتِ كَبِيرَةً وَذَلِكَ الدَّهْرَ كُلَّهُ
“Tidaklah seorang muslim didatangi shalat fardlu,
lalu dia membaguskan wudlunya dan khusyu’nya dan shalatnya, melainkan itu
menjadi penebus dosa-dosanya terdahulu, selama dia tidak melakukan dosa besar.
Dan itu (berlaku) pada sepanjang zaman.” (HR. Muslim no. 335)
Pada kedua hadits di atas dikecualikan dosa-dosa
besar, karena memang dosa besar tidak bisa terhapus dengan sekedar amalan
saleh, akan tetapi harus dengan taubat dan istighfar. Karenanya, yang dimaksud
dengan dosa pada kedua hadits di atas adalah dosa-dosa kecil.
Adapun patokan dosa besar adalah sebagaimana yang
diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma:
اَلْكَبَائِرُ
كُلُّ ذَنْبٍ خَتَمَهُ الله ُبِنَارٍ أَوْ لَعْنَةٍ أو غَضَبٍ أَوْ عَذَابٍ
“Dosa-dosa besar adalah semua dosa yang Allah
akhiri dengan ancaman neraka atau laknat atau kemurkaan atau adzab.” (Riwayat
Ibnu Jarir dalam tafsirnya terhadap surah An-Najm: 32)
Walaupun asalnya ada perbedaan antara dosa besar
dengan dosa kecil, akan tetapi beliau radhiallahu anhu juga pernah berkata:
لاَ
كَبِيْرَةَ مَعَ الْاِسْتِغْفَارِ, وَلاَ صَغِيْرَةَ مَعَ الْإِصْرَارِ
“Tidak ada dosa besar jika selalu diikuti dengan
istighfar dan tidak ada dosa kecil jika dia dilakukan terus-menerus.”
b. Shalat subuh
senantiasa dihadiri dan disaksikan oleh para malaikat dan dia juga menjadi
saksi.
Allah Ta’ala berfirman:
أقم
الصلاة لدلوك الشمس إلى غسق الليل وقرءان الفجر إنّ قرءان الفجركان مشهودا
“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari
tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya
shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).” (QS. Al-Isra`: 78)
c. Shalat ashar yang
merupakan shalat wustha -sebagaimana dalam riwayat Al-Bukhari- dikhususkan
penyebutannya dibandingkan shalat-shalat lainnya.
Dan ini menunjukkan keistimewaan shalat ashar
-dari satu sisi- dibandingkan shalat lainnya. Allah Ta’ala berfirman:
حافظوا
على الصلوات والصلواة الوسطى
“Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah)
shalat wusthaa.” (QS. Al-Baqarah: 238)
d. Menjaga shalat
subuh dan ashar merupakan sebab terbesar masuk surga dan selamat dari neraka.
Dari Imarah bin Ru’aibah radhiallahu anhu dia
berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَنْ
يَلِجَ النَّارَ أَحَدٌ صَلَّى قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا
“Tidak akan masuk neraka seseorang yang shalat
sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya.” (HR. Muslim no. 1003)
Dari Abu Musa radhiallahu anhu bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ
صَلَّى الْبَرْدَيْنِ دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Barangsiapa mengerjakan shalat pada dua waktu
dingin, maka dia akan masuk surga.” (HR. Al-Bukhari no. 540 dan Muslim no.
1005)
Dari Jundab bin Abdullah radhiallahu anhu dia
berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ
صَلَّى الصُّبْحَ فَهُوَ فِي ذِمَّةِ اللَّهِ فَلَا يَطْلُبَنَّكُمْ اللَّهُ مِنْ
ذِمَّتِهِ بِشَيْءٍ فَيُدْرِكَهُ فَيَكُبَّهُ فِي نَارِ جَهَنَّمَ
“Barangsiapa shalat subuh, maka ia berada dalam
jaminan Allah, oleh karena itu jangan sampai Allah menuntut sesuatu dari kalian
sebagai imbalan jaminan-Nya, sehingga Allah menangkapnya dan menyungkurkannya
ke dalam neraka jahannam.” (HR. Muslim no. 1050)
Dari Jarir bin ‘Abdullah radhiallahu anhu dia
berkata: Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
إِنَّكُمْ
سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ هَذَا الْقَمَرَ لَا تُضَامُّونَ فِي
رُؤْيَتِهِ فَإِنْ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ لَا تُغْلَبُوا عَلَى صَلَاةٍ قَبْلَ
طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا فَافْعَلُوا
“Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian
sebagaimana kalian melihat bulan purnama ini. Dan kalian tidak akan saling
berdesakan dalam melihat-Nya. Maka jika kalian mampu untuk tidak terlewatkan
untuk melaksanakan shalat sebelum terbit matahri dan sebelum terbenamnya, maka
lakukanlah.” (HR. Al-Bukhari no. 521 dan Muslim no. 1002)
e. Meninggalkan
shalat 5 waktu -atau salah satunya- dengan sengaja karena malas secara
terus-menerus adalah kekafiran.
Allah Ta’ala berfirman:
وخلف
من بعدهم خلف أضاعوا الصلاة واتبعوا الشهوات فسوف يلقون غيا إلا من تاب وآمن وعمل
صالحا
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang
jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka
kelak akan menemui kesesatan, kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal
saleh.” (QS. Maryam: 59-60)
Seandainya orang yang meninggalkan shalat itu
masih mukmin, maka tentunya tidak dipersyaratkan ketika dia bertaubat dia harus
beriman.
Ini dipertegas dalam hadits Jabir radhiallahu
anhuma dia berkata: Saya mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ
بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلَاةِ
“Sungguh, yang memisahkan antara seorang laki-laki
dengan kesyirikan dan kekufuan adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim no.
116)
Juga dalam Abdullah bin Buraidah dari ayahnya
radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
بَيْنَنَا
وَبَيْنَهُمْ تَرْكُ الصَّلَاةِ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ
“(Pemisah) di antara kami dan mereka
(orang kafir) adalah meninggalkan shalat, karenanya barangsiapa yang
meninggalkannya maka sungguh dia telah kafir.” (HR. Ahmad no. 21929)
http://al-atsariyyah.com/keutamaan-shalat-5-waktu.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar